Tahukah kamu bahwa para ilmuwan pun melakukan hal yang sama sebelum membuat model yang sebenarnya? Mereka perlu mempersiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Mereka juga harus menjelaskan cara membuatnya kepada sekelompok ilmuwan lainnya agar model yang dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Hasil dari diskusi dan percobaan (dari model) yang dilakukan para ilmuwan mengahasilkan suatu alat. Alat-alat tersebut sangat berguna dan dimanfaatkan oleh orang banyak untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Salah satu alat yang ditemukan dan sering digunakan hingga kini oleh masyarakat adalah teropong. Tahukah kamu tentang alat ini? Pernahkah kamu menggunakannya? Simaklah cerita berikut ini dengan saksama.
Ayo Membaca
Teropong Binokular dan Bintang Jatuh
Oleh Diana Karitas
Dimas sangat senang mendapatkan kejutan hari ini dari Om Dodi, pamannya yang baru kembali dari Bandung. Dimas mendapatkan sebuah teropong binokular! Benda itu sudah lama ia idam-idamkan!
Dimas tahu bahwa ia hampir tidak mungkin meminta dari Ayah dan Ibu karena benda itu sangat mahal. Tetapi, pamannya yang bekerja di Bosscha Bandung sore itu membawakannya untuknya!
“Terima kasih, Om! Dimas pasti akan menggunakan dan menjaganya dengan baik,” janji Dimas kepada pamannya sambil mencium tangan pamannya berkalikali. Matanya berkaca-kaca
“Om percaya kepadamu, Dimas. Om tahu kamu ingin sekali mengamati bintang-bintang di langit. Makanya, Om pilihkan yang lensanya mampu menangkap benda langit,” jelas Om Dodi.
“Wah, terima kasih sekali, Om. Sebenarnya memang teropong binokular yang seperti ini yang Dimas inginkan. Teropong yang tidak hanya mampu menangkap benda jauh di daratan, tetapi juga di langit. Pasti mahal, ya Om?” tanya Dimas.
“Ya, benda itu memang mahal, tetapi kalau kamu mau memanfaatkannya dengan baik, rasanya seimbang dengan harganya. Alat ini berukuran 12 x 50, artinya lensanya berdiameter 50 mm dan mampu memperbesar benda yang dilihat hingga 12 kali lipat. Seharusnya alat ini mampu digunakan untuk melihat benda langit seperti kumpulan bintang-bintang,” jelas Om Dodi.
“Wah, senang sekali kelihatannya anak Ibu ini!” sela Ibu ikut bergabung dengan Om Dodi dan Dimas di ruang tamu. “Berarti harapanmu yang pernah kamu ucapkan ketika kamu melihat bintang jatuh beberapa waktu lalu benar-benar terkabul ya Dim?” goda Ibu
“Oh,ya? Di mana Dimas melihat bintang jatuh? Rasanya sulit melihat bintang jatuh kalau di daerah sini,” tanya Om Dodi agak heran.
“Waktu kami pergi ke puncak bukit di seberang pulau itu, Om. Peristiwanya sudah cukup lama. Dimas melihatnya, seperti bintang jatuh, tetapi cepat sekali. Lalu Dimas ingat, kata orang kalau kita melihat bintang jatuh dan mengucapkan keinginan atau harapan kita, maka keinginan atau harapan tersebut akan menjadi nyata,” jelas Dimas sambil tertawa tersipu.