“Kok, perahu ini lebih kecil ya, Kek? ini masih digunakan untuk nelayan atau tidak, ya?” tanya Delisa.
Delisa memegang kayu kapal tersebut. Delisa mengamati bentuk dan ukuran kapal tersebut.
“Ini adalah kapal tradisional, Delisa. Perahu ini masih menggunakan tenaga manusia. Kapal ini berbeda dengan yang kamu lihat tadi. Kalau kapal yang didorong para nelayan dari daratan ke lautan tadi adalah kapal motor yang memiliki mesin. Kapal tadi memiliki ukuran lebih besar daripada kapal ini.” kata kakek sambil menjelaskan perbedaan kedua kapal yang telah dilihat Delisa.
“Perlu kamu ketahui Nak, bahwa kapal bermesin merupakan bukti adanya perkembagnan alat transportasi. Khususnya alat transportasi laut yang digunakan nelayan saat mencari ikan di laut,” kata kakek.
“Apakah kamu tahu, alat transportasi laut yang digunakan nenek moyang pada zaman dahulu Nak?” tanya kakek.
“APa Kek? Delisa tidak tahu,”
“Alat transportasi yang digunakan nenek moyang kita untuk menjelajah menyusuri sungai adalah rakit. Rakit adalah alat transportasi air yang paling sederhana. Sampai saat ini pengembangan teknologi kapal laut masih terus dilakukan. Ingat, negara kita adalah perairan atau maritim. Jadi, alat transportasi yang dapat mengarungi perairan sangat dibutuhkan,” kata kakek.
“Wah, kapal apa yang digunakan nelayan di masa depan, yak, Kek?” tanya Delisa
“Tentu para nelayan akan menggunakan teknologi yang lebih canggih, Delisa. Jika kamu mau belajar, kamu bisa menciptakan kapal nelayan yang lebih canggih kelas,” kata kakek. Delsia tersenyum mendengar ucapan kakeknya.
“Tapi Delisa kan perempuan, kek?”
“Asal mau belajar rajin, tidak ada cita-cita yang tidak tercapai,” kata kakek.
“Iya Kek,” jawab Delisa
Delisa dan kakek memutuskan kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan Delisa dan kakek melihat banyak penjual makanan, minuman, pakaian, dan kerajinan khas di Pantai Jilbab. Banyak iklan minuman, makanan ringan, restoran, dan penginapan yang terpampang di sepanjang jalan menuju tempat parkir.
Di sepanjang jalan menuju tempat parkir itu pun kakek masih menjelaskan tentang kapal pesiar, kapal selam, dan kapal-kapal modern milik negara asing. Delisa dengan senang hati mendengarkan penjelasan kakeknya.
Di tempat parkir, Delisa melihat seseorang yang sedang mengukir. Delisa tertarik melihat lebih dekat.
“Kakek, ayo kita dekati ibu itu?” ajak Delisa
Kakek menuruti kemauan Delisa. Kakek mengikuti langkah kaki Delisa menuju tempat duduk seorang ibu.
“Apa yang ibu lakukan?” tanya Delisa
“Ini, Dik. Ibu sedang membantu suami memperhalus ukiran ini,” jawab ibu