Apakah kamu pernah berolahraga bersama warga di sekitar rumahmu?
Jawaban:
Pernah
Siapa saja yang mengikuti acara olahraga tersebut?
Jawaban:
Aku bersama teman-teman
Apakah kamu mengajak atau diajak temanmu?
Jawaban:
Ya.
Tuliskan pengalamanmu itu!
Jawaban:
Minggu pagi, aku libur sekolah. Biasanya setiap hari Minggu, aku selalu berolahraga bersama teman-teman. Kadang kami bersepeda bersama, bermain basket atau badminton. Saat itu, aku ingin bermain sepeda. Aku berinisiatif untuk mengajak teman-temanku bersepeda bersama sambil menikmati udara pagi.
Aku pun mengambil sepeda lalu mengayuhnya ke arah rumah temanku yang tak jauh. Aku bertemu Tio dan mengajaknya bersepeda. Tio menyetujui ajakanku. Lalu kami bersepeda menuju rumah Anton dan Nino yang bersebelahan. Kami megajak mereka bersepeda. Anton menyetujui ajakan kami. Sedangkan Nino minta izin untuk tidak ikut. Ternyata Nino akan pergi sembahyang bersama keluarganya.
Kami menghormati Nino yang berbeda agama. Kami berjanji untuk bermain di sore harinya dengan Nino. Selanjutnya, aku, Tio, dan Anton pun bersepeda bersama memutari komplek perumahan kami. Bersepeda di pagi hari sungguh menyenangkan dan menyehatkan.
Made menolak ajakan Udin dengan sopan. Sikap Made dan Udin menunjukkan kerukunan dan persatuan. Menjaga persatuan dan kesatuan di masyarakat, sesuai dengan pengamalan sila ketiga Pancasila.
Tuliskan contoh pengamalan sila ketiga di masyarakat!
Jawaban:
– Mengembangkan perilaku saling menghormati dengan teman.
– Membantu berbagai kegiatan dalam lingkungan sekitar tempat tinggal.
– Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan peribadi.
– Selalu menjaga kerukunan dengan sesama teman dan tetangga.
Beri tanda v pada kolom yang tepat! Apakah sikap-sikap berikut ini sesuai atau tidak sesuai sila ketiga Pancasila?
Jawaban:
Ceritakan pengalamanmu menerapkan nilai-nilai sila ketiga Pancasila di masyarakat! Sampaikan ceritamu di depan kelas dengan percaya diri.
Jawaban:
Sore itu, aku dan teman-teman sudah berjanji untuk bermain badminton bersama. Aku, Diandra, Restu, Seilo akan bermain badminton di lapangan. Sesuai perjanjian, aku pun pergi menuju rumah Diandra dan menjemputnya dengan sepeda.
Setelah Diandra selesai berkemas, kami menuju rumah Restu dan Seilo yang bersebelahan. Aku dan Diandra ke sana menggunakan sepeda masing-masing. Sesampai di rumah Restu, ternyata dia tidak bisa pergi. Dia harus menemani ibunya ke rumah sakit untuk memeriksa adiknya yang sedang demam.
Kami tidak marah dan memaklumi Restu. Aku dan Diandra mengizinkan restu pergi bersama ibunya. Kami mendoakan supaya adiknya cepat sembuh. Selanjutnya, aku dan Diandra pergi ke rumah Seilo dan menceritakan apa yang terjadi. Karena tidak bisa bermain badminton dengan jumlah 3 orang, akhirnya kami bertiga bersepakat untuk bersepeda bersama. Mengormati kepentingan teman sangat menyenangkan. Kami bisa hidup rukun dengan tenang serta jauh dari permusuhan.