5. Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
Pondok Pesantren Lirboyo didirikan pada tahun 1910, tepatnya di Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Kata “Lirboyo” diambil dari nama sebuah desa yang di dalamnya terdapat sebuah pondok pesantren yang dikenal luas dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo.
Kyai Sholeh yang berasal dari Desa Banjarmelati memprakarsai pendirian pesantren ini, yang kemudian dilanjutkan oleh salah satu menantunya KH. Abdul Karim yang berasal dari kota Magelang, Jawa Tengah.
Pesantren Lirboyo merupakan pusat kajian Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan pada masa kemerdekaan, pesantren di Lirboyo berperan dalam gerakan perjuangan dengan mengirimkan santrinya ke medan perang, seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Sebagai pusat pendidikan Islam, Pondok Pesantren Lirboyo memadukan tradisi yang tanggap terhadap modernitas dan terbukti telah banyak melahirkan tokoh-tokoh soleh dalam bidang keagamaan serta saleh sosial.
4. Pondok Pesantren Langitan Tuban
Selanjutnya adalah Pondok Pesantren Langitan Tuban. Pesantren ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdirinya pesantren ini jauh sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1852.
Banyak tokoh dan pengasuh pondok pesantren lahir dan besar di pondok pesantren Langitan ini, seperti KH. Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Syamsul Arifin (ayah dari KH. As’ad Syamsul Arifin) dan lainnya.
Sejak lama hingga saat ini, Langitan telah mempraktekkan beberapa metode pendidikan dan pengajaran dalam sistem klasikal (madrasiyah) dan non klasikal (ma’hadiyah). Sistem pendidikan klasikal merupakan model pendidikan formal.
Orientasi pendidikan dan pengajaran dibentuk secara teratur, dengan proses, meliputi seluruh kurikulum, program, jenjang dan kegiatan.
Pendidikan nonklasik di pondok pesantren Langitan menggunakan metode weton atau bandongan dan sorogan. Metode wethon atau bandongan adalah jenis pengajian dimana kiai atau ustadz membacakan dan mengartikan isi kitab kuning sedangkan santri atau santri mendengarkan dan memberi ma’na.
3. Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
Berikutnya adalah Pondok Pesantren Darunnajah. Darunnajah didirikan pada tanggal 1 April 1974 oleh (Alm) KH. Abdul Manaf Mukhayyar dan dua rekannya (Alm) KH.
Qamaruzzaman dan KH. Mahrus Amin, dengan sistem kurikulum terpadu, pendidikan berasrama dan pengajaran bahasa Arab dan Inggris yang intensif.
Didukung dengan lingkungan yang asri, Darunnajah berupaya mendidik insan muttafaqoh fiddin untuk menjadi pemimpin bagi umat/bangsa, selalu berusaha mewujudkan pendidikan santri yang ikhlas, sederhana, mandiri, ukhuwah Islamiyah, orang yang berpikir kritis dan berperilaku berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Mengenai kurikulum, Darunnajah mengadopsi kurikulum Tarbiyatul Mu’allimin wal Mu’allimat al-Islamiyah (TMI) selama 6 (enam) tahun yang setara dengan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.