9. Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah Medan
Selanjutnya, pesantren terbaik di Indonesia adalah Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah. Bisa dikatakan ponderren ini merupakan pondok pesantren alumni Gontor terbesar di Sumatera.
Nama pendirinya adalah al-Ustadz Usman Husni. Saat itu, pesantren ini diresmikan pada 18 Oktober 1982. Untuk programnya, pendirinya menggunakan program Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI).
KMI Ar-Raudlatul Hasanah merupakan Sekolah Pendidikan Guru Islam yang model dan kurikulumnya diambil dari KMI Pondok Modern Darussalam Gontor yang merupakan gabungan dari Madrasah Ibtidaiyah Padang Panjang dengan model pengajaran pesantren pesantren di Jawa.
Santri akan dididik selama 24 jam untuk menjadi pribadi yang berkepribadian IQRA (‘Ilmy, Qur’any, Rabbany dan ‘Alamy) yang mau mengamalkannya di masyarakat dengan keikhlasan, kecerdasan, dan beramal.
Dimana IQRA dibentuk dengan memadukan aspek berpikir (‘ilmy’ alamy) dan aspek dzikir (qur’any rabbany) yang diwujudkan dalam kecerdasan dan moralitas yang religius.
8. Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang
Pesantren Al-Anwar didirikan pada tahun 1967 oleh KH. Maimun Zubair. Pesantren ini terletak di Desa Karangmangu, Sarang Rembang, Jawa Tengah. Pesantren ini awalnya adalah sebuah kelompok pengajian yang didirikan oleh KH. Ahmad Shuaib dan KH. Zubair Dahlan.
Kelompok pengajian tersebut pada awalnya dilakukan di mushola. Dalam perkembangan selanjutnya, dua perintis mendirikan tiga kompleks bangunan, Kompleks A, B, dan C. Kompleks A dikembangkan oleh KH di PP Al-Anwar. Maimun
Zubair, putra KH. Zubair Dahlan. Sedangkan, Kompleks B dikembangkan oleh KH. Abdul Rochim Ahmad menjadi PP Ma’hadul Ulumis Syar’iyah.
Landasan pembuatan pesantren ini adalah untuk melanjutkan kegiatan pengajian dan juga keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar yang biasanya berpenghasilan rendah seperti nelayan.
Pertumbuhan jumlah santri di pondok pesantren Al-Anwar cukup pesat. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem salafiyah, dimana santri diwajibkan mengikuti pengajian masyayeh atau ustadz, baik dengan pendekatan sistem bandongan (bersama) maupun sorogan (perseorangan).
Santri juga dikenakan pendidikan Muhadloroh atau Madrasah Ghozaliyyah, sampai ke tingkat aliyah, dan dilanjutkan ke PPTM (Ma’had ‘Aly) yang pendidikannya dua tahun.