Tempat ini dimaksudkan untuk mementaskan, memamerkan dan mempertunjukkan hasil karya seni di Indonesia baik yang tradisional maupun yang modern-kreatif. PKJ-TIM juga menyelenggarakan pertunjukan terkemuka mancanegara.
Gubernur juga membentuk 2 lembaga pendukung yaitu Akademi Djakarta (merumuskan arah perkembangan seni) dan Dewan Kesenian Djakarta (kurasi dan pengaturan program seni).
Dari pembicaraan dengan para seniman senior juga muncul kebutuhan untuk mempunyai pusat pendidikan tinggi seni, yang mempelajari seni-seni kreatif-modern, yang nantinya akan mengisi PKJ TIM.
Para seniman senior menyatakan bahwa PKJ TIM akan menjadi tempat pembelajaran dan penyemaian seni yang ideal, karena banyak pameran dan pertunjukan bermutu dan seniman besar Indonesia maupun dunia memberikan workshop di sana.
Namun perlu suatu wadah pendidikan yang terstruktur dan punya disiplin kuat. Maka pada tanggal 26 Juni 1970, Gubernur DKI Jakarta menerbitkan SK No. Cb.14/4/6/70 mengenai Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta (LPKD), dengan 6 akademi yaitu: Teater, Tari, Musik, Film, Seni Rupa dan Seni Sastra.
Dalam perkembangannya, Akademi Seni Sastra tidak pernah dibuka. Dalam SK itu disebutkan bahwa: Secara materiil Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta bertanggung jawab kepada Gubernur dan secara idiil bertanggung jawab kepada Dewan Kesenian Djakarta (DKD). Pada awalnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan di lantai dua gedung induk PKJ TIM (bersebelahan dengan kantor DKJ).
Lambang lembaga diciptakan oleh G. Sidharta berupa stilasi Pohon Hayat yang melambangkan kelangsungan alam dan kehidupan abadi yang berakar di bumi Indonesia.
Bentuk rumah tradisi di bawahnya juga melambangkan rumah besar sekaligus kebun persemaian lahirnya para kreator dan pemikir kesenian yang berperan dalam perkembangan kebudayaan Indonesia dan memecahkan semua persoalan dengan azas kekeluargaan.
Motif gelombang air di tengah melambangkan sifat dinamis dalam menghadapi segala keadaan. Motif sepasang burung di kiri dan kanan serta api yang mencuat di tengah adalah lambang wawasan luas dan sikap terbuka terhadap lingkungan dan kesadaran budaya.
Pada mulanya kegiatan belajar-mengajar menggunakan sistem sanggar dan magang dengan pendekatan individual yang menitikberatkan pada kepentingan kreativitas.
Karena minat mahasiswa baru semakin besar dan kegiatan DKJ dan PKJ TIM semakin banyak, Gubernur membangun kampus baru, di sebelah gedung induk TIM.