“Tapi kan slime kita tidak mempunyai merek,” jawab Rani.
“Ha…haha…ha…haha….,” tawa Dhia dan Rani hampir bersamaan.
Slime yaitu mainan yang berbahan dasar lem. Slime mempunyai tekstur kenyal yang biasa dimainkan dengan cara ditekan dan ditarik. Mainan slime berasal dari negeri gajah putih alias Thailand.
Rani, Dhia, dan sobat di sekolah memang suka memainkan slime. Mereka jarang membeli slime di toko, pameran-pameran, atau secara online. Mereka sering membuat slime bersama-sama.
Mereka lebih suka membuat sendiri karena bisa menyalurkan kreativitas masing-masing baik warna, tingkat kelembutan, dan banyak sedikit jumlah slime. Membuat slime bersama-sama juga memupuk rasa kerukunan, persaudaraan, dan persatuan antarteman.
Mereka sanggup bekerja sama dan menghormati perbedaan harapan saat membuat slime.
Rani dan teman-temannya biasa membeli bahan-bahan slime di toko dekat sekolah. Mereka iuran untuk membeli bahan-bahan tersebut. Uang yang terkumpul dibelikan materi ibarat lem dan slime activator atau pengaktif slime.
Slime activator biasanya terbuat dari gabungan boraks dan air. Semua bahan tersebut dicampur, kemudian diaduk hingga tidak lengket dan lembut. Slime termasuk zat gabungan lantaran terdiri atas beberapa materi yang dicampur menjadi satu.
Rani dan teman-teman biasa membuat slime pada hari Minggu atau libur sekolah. Mereka memanfaatkan waktu untuk membuat slime. Slime-slime yang mereka hasilkan terkadang pesanan teman-teman di sekolah atau anak-anak di sekitar daerah tinggal mereka.
Hasil penjualan slime dikumpulkan dalam sebuah celengan. Kelak, bila celengan sudah penuh, Rani berencana membagi uangnya secara adil.
Hari Minggu Rani dan teman-temannya berkumpul di rumahnya. Mereka memiliki jadwal membuat slime. Mereka akan memenuhi beberapa pesanan slime dari teman-teman di sekolah.
“Teman-teman, saya ada informasi loh,” kata Dhia.
“Berita apa, Dhia?” tanya Rani.
“Begini, saya kemarin membaca pengumuman. Pusat perbelanjaan Binar akan menyelenggarakan kompetisi pembuatan slime,” kata Dhia sangat antusias.
“Wow, kata Desi. Benar, Dhi?” tanya Desi kepada Dhia.
“Iya, teman-teman. Aku berkata benar. Bagaimana kalau kita semua ikut kompetisi tersebut,” kata Dhia.
“Aku setuju, Dhia. Kita bisa bersaing dengan penerima lain dalam keahlian membuat slime. Berapa biaya registrasi kompetisi itu, Dhia?” tanya Rani.
“Kalau tidak salah Rp20.000,00. Kita harus memberi tahu orang renta masing-masing.
Kita minta izin kepada mereka. Jika diizinkan, kita minta tolong kepada ayah atau ibu untuk mendaftarkan di kompetisi tersebut,” kata Dhia.