Beberapa saat setelah mandi, aku mengajak Raka ke teras rumah. Ternyata di situ ayah dan ibu sudah menunggu kami. Mereka duduk di kursi teras. Aku lihat di atas meja ada teko dan empat buah cangkir. Ada juga sepiring pisang goreng.
”Duduklah Ines, Raka,” perintah ibu kepada kami. Kami pun duduk di antara ayah dan ibu.
”Raka, minum wedang jahe dulu. Badanmu pasti dingin karena main air,” kata ibu kepada Raka.
”Ya, Bu,” jawab Raka sambil menuang wedang jahe dalam cangkir. Ayah, ibu, dan aku juga menuang wedang jahe ke cangkir kami masing-masing. Sambil menikmati wedang jahe dan pisang goreng, kami pun berbincang-bincang.
”Raka, perbuatanmu main air tadi tidak baik. Kamu sudah menghambur-hamburkan air. Kamu kan tahu kalau air di rumah kita adalah air dari PAM. Setiap bulan kita membayar air yang kita gunakan. Uang yang kita bayarkan kepada PDAM sesuai banyaknya air yang kita gunakan. Maka dari itu, kita harus hemat air,” terang ayah.
”Bagaimana caranya, Yah?” tanyaku.
”Ada banyak cara dapat kita lakukan,” jawab ayahku.
”Apa saja itu, Yah?’
”Sebetulnya, kita sudah melakukan hemat air tanpa kalian sadari. Setiap hari kalian mandi dengan shower tidak dengan gayung. Dengan gayung kita dapat menghabiskan air sekitar 15 liter. Kalau menggunakan shower, kita dapat hemat 60%. Selain itu, keran yang ada di rumah ini adalah digunakan untuk mengalirkan air secara hemat. Nah, kalau kalian selesai mengalirkan air dengan keran, segeralah matikan. Tindakan yang kamu lakukan tadi, Raka, itu sangat tidak hemat air bahkan menghambur-hamburkan air,” jelas ayah.
”Di rumah ini yang paling hemat air adalah ibu,” kata ayah.
”Mengapa ibu, Yah?” tanyaku kepada ayah.
”Coba, Bu, jelaskan kepada Ines dan Raka, mengapa ibu hemat air.”
”Setiap hari ibu menampung air. Dengan air tampungan itu ibu mencuci peralatan makan dan pakaian. Setelah digunakan untuk mencuci, airnya ibu gunakan untuk menyiram tanaman dan membersihkan kloset. Nah, Ines, air yang kamu pakai untuk menyiram tanaman itu sebetulnya air bekas mencuci beras dan sayuran.”
”Benar, Bu? Wah, aku baru tahu. Aku pikir air itu memang sengaja ditampung dari keran air,” kataku mengomentari keterangan ibu.
”Betul, Nes.”
”Masih ada lagi kah, Ayah, penghematan air di rumah ini?” tanya Raka.
”Kalau ibu menyuruh kalian untuk menggunakan peralatan makan yang belum terlalu kotor, itu bukan berarti jorok. Itu juga salah satu cara untuk menghemat air. Peralatan itu tidak harus dicuci berkali-kali. Jadi, kita dapat menghemat penggunaan air.”
”Cara lain menghemat air adalah menggunakan sedikit deterjen untuk mencuci baju sehingga tidak harus berkali-kali membilasnya. Menyiram tanaman hanya pada pagi hari juga dalam rangka menghemat air.”