Hasil Percobaan:
Dari percobaan di atas dapat dinyatakan bahwa dengan mata tertutup, kita masih dapat mendengar bunyi dengan jelas pada jarak tertentu karena bunyi merambat melalui udara. Bunyi kemudian merambat melalui udara dan ditangkap oleh telinga kita.
Kesimpulan:
Bunyi merambat memlui udara dari sumber bunyi ke telinga kita. Getaran bunyi mengenai gendang telinga dan diubah menjadi pesan/ sinyal listrik di telinga bagian dalam. Sinyal tersebut kemudian diteruskan oleh saraf pendengaran menuju otak yang kemudian menterjemahkan jenis dari bunyi tersebut.
Indra Pendengar (Telinga)
Kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menciptakan bentuk tubuh yang paling sempurna. Salah satunya adalah kita diberi indra pendengar (telinga). Dengan menggunakan indra ini, kita bisa mendengar berbagai suara, seperti kicauan burung, suara air mengalir, dan musik. Apa saja bagian dan fungsi indera pendengar?
Hal apa yang perlu kita lakukan untuk merawatnya? Mari kita pelajari lebih jauh.
Bagaimana telinga merasakan getaran?
Semua bunyi membuat udara bergetar. Getaran bunyi mengenai gendang telinga yang berupa selembar kulit tipis. Saat itulah gendang telingamu juga mulai bergetar. Getaran dari gendang telingamu menjadi lebih besar di telinga tengahmu dan diubah menjadi pesan-pesan listrik di telinga dalammu.
Apakah kamu pernah mengalami gangguan indra pendengar? Ceritakan!
Jawaban:
Saya belum pernah mengalami gangguan indera pendengar.
Kunci Jawaban Halaman 84 85
Ayo Berdiskusi
Indonesia terdiri atas beragam agama. Perbedaan yang ada membutuhkan toleransi di antara pemeluknya. Pahamilah teks berikut dan diskusikan isinya dengan temanmu.
Belajar dari Cerita
Pak Burhan selalu memulai kegiatan di kelas dengan berbagi cerita. Bukan Pak Burhan yang bercerita, tetapi anak-anak di kelas yang bergantian bercerita. Berbagi cerita selalu dinantikan oleh anak-anak. Semua ingin memperoleh kesempatan bercerita.
Pagi ini, Pak Burhan mengajak anak-anak berbagi cerita seputar hari raya. “Sehari sebelum hari Natal, yaitu di tanggal 24 Desember, aku dan keluarga berkumpul di rumah Opa.” ujar Edo. “Di hari itu, Oma pasti memasak makanan spesial yang jarang dimasaknya di hari lain. Papeda juga menjadi makanan spesial yang terhidang di malam Natal. Kami sekeluarga berkumpul hingga larut malam, dan mengakhiri malam dengan berdoa. “Nah, kalau di hari Natal, pada tanggal 25 Desember, kami sekeluarga pergi beribadah Natal di gereja.
“Wah, ternyata hampir sama seperti hari raya Idul Fitri ya” ujar Siti. “Kami pun di hari Idul Fitri selalu berkumpul dan saling memohon maaf dengan kerabat dan saudara setelah ibadah di Masjid,” tambahnya.