Fondasi jembatan ini juga dilengkapi dengan lapisan biotextile. Biotextile merupakan teknologi lapisan pelindung tanah yang dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022.
Lapisan ini berfungsi sebagai metode stabilisasi tanah untuk mencegah erosi dan longsor. Cara kerja teknologi ini adalah dengan mengurangi debit air yang mengalir pada permukaan tanah.
Selanjutnya, Jembatan Molihuto menggunakan struktur beton yang terbuat dari campuran fly ash dan abu sekam padi untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan beton.
Fly ash digunakan sebagai bahan pengikat dalam beton serta membantu beton agar tahan terhadap korosi. Sementara itu, abu sekam padi berperan sebagai bahan penguat beton untuk meningkatkan ketahanannya.
Desain jembatan ini juga menerapkan pembangunan yang berkelanjutan.
Akbar menjelaskan bahwa penggunaan campuran beton ini juga bertujuan untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh beton, sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, Jembatan Molihuto dilengkapi dengan fitur sensor yang bertujuan untuk memudahkan proses pemeliharaan jembatan dan mendeteksi kerusakan dini.
Berkat inovasi yang mereka terapkan, tim bimbingan Ahmad Basshofi Habieb ST MT PhD berhasil meraih juara pertama dalam ajang International Bridge Design Competition yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Diponegoro. (*)