“Bunga ini sangat harum, Tuan! Sangat pantas untuk pengharum ruangan,” kata Tikus mempromosikan dagangannya.
“Bunga apa ini?” tanya Gajah.
“Ini adalah sebuah bunga yang sangat ajaib!” jawab Tikus.
“Apakah bunga ini wangi?” tanya Gajah.
“Tentu saja! Bunga ini sangat harum ” jawab Tikus.
“Boleh aku mencobanya?” tanya Gajah penasaran dengan wanginya.
“Tentu saja Tuanku! Silakan.”
Gajah pun perlahan-lahan menjulurkan belalainya yang panjang. Ia pun mengirup wangi bunga ajaib itu. Benar sekali yang dikatakan Tikus. Bunga tersebut sangat wangi. Namun, tidak lama kemudian hidungnya terasa geli dan gatal tidak bisa tertahan.
Hidungnya tiba-tiba akan bersin. Tetapi ia terus menahannya karena tidak baik bersin di depan orang lain. Namun, hidungnya terus saja terasa geli, ia terus mencoba menahannya. Akhirnya, tanpa disadari Gajah mengambil ancang-ancang untuk bersin.
Ia menghirup udara kuat-kuat melalui mulutnya yang besar. Begitu besar angin yang masuk ke dalam mulutnya. Bahkan, tangkai bunga pun tersedot keluar dari tangkainya. Melihat ancang-ancang Gajah, Tikus pun bersiap untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia berpikir akan terjadi angin topan.
Tiba-tiba, Gajah pun bersin dengan sangat hebat. Akibat bersinnya yang hebat itu rumah-rumah menjadi rusak, gentingnya berterbangan seperti dilanda angin topan. Tikus pun terpelanting sangat jauh hingga puluhan meter.
Bunga dagangannya pun berserakan ke mana-mana. Karena bersinnya yang sangat hebat, Gajah pun terjatuh ke tanah bahkan mengeluarkan air mata. Ia melihat semua yang di hadapannya rusak akibat bersinnya tersebut. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal. Namun, itu semua bukan keinginannya.
Gajah hanya diam sambil menatap semua kerusakan. Tiba-tiba, datanglah seekor Badak, ia bertingkah seperti seorang polisi dan melihat kejadian tersebut. Melihat Badak datang, Tikus pun timbul keberaniannya. Ia segera berlari-lari menghampiri Gajah.
“Hei, Tuan! Kau harus mengganti kerugianku. Lihatlah! Bunga-bunga daganganku semua berhamburan dan hancur. Aku akan adukan kau kepada Badak!” bentak Tikus marah.
Gajah hanya diam. Ia merasa sangat bersalah. “Tenanglah, aku akan mengganti semua kerugianmu,” kata Gajah dengan lembut.
Badak pun mengampiri Gajah dan Tikus. “Lihat akibat perbuatanmu!” bentak Badak dan menunjuk ke arah rumah-rumah yang rusak. “Iya, itu salahku!” kata Gajah mengakui kesalahannya.
“Bunga-bungaku semuanya rusak. Aku meminta ganti rugi,” bentak Tikus.
Sebenarnya Gajah sangat marah kepada Tikus. Karena bunga yang ia jual, akibatnya malah kacau balau. Tetapi ia menahan kemarahannya.