Cara penularan cacing gelang yaitu bisa menular dari manusia ke manusia lagi melalui makanan yang dipegang dengan tangan yang kotor dan tidak terjaga kebersihanya. Bisa juga disebabkan oleh lalat yang terkontaminasi telur cacing yang hinggap pada makanan kita, yang kemudian tertelan dan masuk kedalam perut. Cacing tambang pada usus manusia memakan sari makanan yang terdapat di sana. Sehingga menyebabkan manusia tersebut kekurangan gizi. Cacing tambang mendapat untung karena mendapatkan makanan dari manusia, sedangkan manusianya mengalami kerugian karena sari makanannya diambil.
Beni : “Alam memang luar biasa, ya, Lan. Bayangkan saja di alam terdapat bermacam-macam interaksi antarmakhluk hidup yang terdapat di alam.
” Lani : “Betul, Ben. Demikian luar biasanya alam ini, tak jarang manusia menjadikan alam sebagai sumber inspirasi dalam sebuah karya seni, misalnya tarian.
” Beni : “Kebanyakan tarian tradisional kita memang mengambil alam sebagai sumber inspirasinya. Aku menemukan artikel tentang satu tarian yang berasal dari Mentawai, Sumatra Barat. Menarik sekali untuk disimak. Kita baca, yuk!”
Kunci Jawaban Halaman 89
Ayo Membaca
Alam dalam Tarian
Alam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Suku Mentawai yang tinggal di Pulau Nias, Sumatra Utara. Selain menjadi sumber kehidupan, alam memberikan inspirasi seni. Alam sebagai inspirasi seni dapat dilihat dari tarian tradisional mereka yang diberi nama Turuk Langgai. Dalam tarian ini, penari menirukan aneka gerak hewan seperti unggas, kelinci, dan monyet. Tarian ini biasanya ditarikan sebagai penutupan prosesi pengobatan yang dilakukan oleh ahli pengobatan tradisional Suku Mentawai. Tujuan tarian ini adalah memberikan penghiburan kepada si sakit agar segera sembuh.
Tarian ini ditarikan oleh beberapa Sikerei. Seorang ahli pengobatan yang memimpin upacara ini. Sikerei mengenakan hiasan kepala berupa manik-manik dan bulu unggas dan memegang dedaunan. Beberapa dedaunan diselipkan di bagian belakang tubuhnya menyerupai ekor. Dengan diiringi tuddukat, gendang tradisional, Sikerei lalu berjingkat-jingkat sambil membungkukkan badan. Kepalanya menengadah ke atas sambil mengepakkan daun di tangan. Kakinya menghentak papan lantai menghasilkan suara ritmis yang teratur. Keduanya berputar-putar berkeliling, terkadang saling mengejar atau berjajar berhadapan. Lengkingan keluar dari mulut Sikerei. Dalam temaram lampu petromak, bayangan para Sikerei yang menari jatuh di dinding, tampak hidup seperti dua ekor burung menari di alam bebas.